Minggu, 15 Februari 2015

ara ternak atau budidaya ikan seluang

Kress!” bunyi ikan kecil nan garing saat disantap sebagai makanan pembuka di restoran yang berada di tepi Sungai Musi. Ikan kecil garing seperti kerupuk saat digigit itu, disebut ikan seluang atau nama latinnya steochillus schlegeli.
“Oh, saya harus memakan semua bagian ikan ini ya,” tanya seorang tamu yang berasal dari Kedutaan Amerika Serikat ketika mencicipi ikan seluang.
Ikan ini terasa gurih dan garing, cocok menjadi makanan pembuka. Ikan seluang merupakan salah satu jenis ikan tawar yang berkembang di sungai-sungai Sumatera Selatan dan daerah lain di Sumatera serta Kalimantan.
Ikan ini termasuk berukuran kecil, karena besarnya hanya seukuran telujuk orang dewasa. Di Palembang dan kota-kota lain di Sumatera Selatan biasanya ikan seluang digoreng garing.
Ikan goreng tersebut disajikan lebih dulu sebelum nasi dan lauk pauk lain tiba di meja makan. Manager Restoran Riverside, Eddy Boy, mengatakan ikan seluang menjadi hidangan wajib yang mereka sajikan ketika rombongan tamu tiba di restoran itu.
“Restoran kami menawarkan beragam menu, seperti ‘sea food’ dan masakan China, tetapi makanan khas Palembang menjadi andalan,” kata Eddy.
Ia menjelaskan, setelah dibersihkan ikan seluang segar dibumbui dan digoreng garing sebelum disajikan. Seluruh bagian ikan bisa dikonsumsi termasuk kepala dan tulang-tulangnya.
Hal senada diungkapkan Nyimas (39), pemilik warung di Pasar Kuliner Tepian Sungai Musi. Dirinya mengatakan, setiap hari menyiapkan sajian wajib ikan seluang goreng.
Ikan tersebut dijual Rp 7.000 per porsi atau sepiring kecil. Ikan seluang goreng itu mesti disediakan, karena banyak pengemarnya. Sementara dibandingkan dengan ikan jenis lain, seluang tergolong ikan mahal, karena harga pasaran mencapai Rp 30.000 per kilogram.
Jauh lebih mahal ketimbang harga ikan patin yang hanya Rp 17.000 per kilogram. Romlah (45), pedagang ikan di Pasar Pahlawan mengatakan, kalau bisa menjual sampai 20 kilogram ikan seluang setiap hari.
Ikan tersebut banyak pengemar, karenanya meskipun hanya berjualan di pasar pagi setiap hari lebih dari 10 kilogram ikan terjual. Ia menambahkan, harga ikan tersebut cukup stabil – jarang dibawah Rp 25.000 per kilogram.
Bahkan, pernah harga ikan seluang mencapai Rp 40.000 per kilogram ketika ikan air tawar langka. Menikmati ikan tersebut tidak hanya sedap ketika digoreng, tetapi dimasak dengan cara dipepes juga lezat. Apalagi, dimakan dengan nasi hangat ditambah kuah pindang ikan dan sambal serta lalapan lainnya.
Ikan Kaya Kalsium
Seperti ikan lain mengandung kalsium, ikan seluang justru tergolong kaya akan zat yang dibutuhkan manusia untuk menghindari pengapuran tulang tersebut.
Apalagi, ikan seluang goreng biasanya dimakan utuh atau semua bagian ikan – termasuk kepala dan tulang bisa dicerna. Spesialis gizi, Dr Erfiana Thabrani, sangat merekomendasikan mengkonsumsi ikan seluang secara rutin.
Kandungan gizi ikan tersebut sangat tinggi, sehingga kalau dikonsumsi rutin mampu mengantisipasi pengapuran tulang atau osteoporosis. Ia mengatakan, osteoporosis sangat rentan dialami – terutama perempuan usia 30 tahun keatas.
Minum susu secara teratur dan berjalan kaki rutin menjadi solusi mengantisipasi pengapuran tulang. Namun, mengkonsumsi beragam jenis ikan juga sangat dianjurkan – terutama langsung dengan tulang dan bagian lainnya.
Ikan teri dan ikan seluang selama ini menjadi makanan yang paling digemari untuk memberikan asupan kalsium ke tulang. Ikan tersebut biasanya berkembang dengan cara berkelompok di Sungai Musi dan anak-anak sungai. Ikan seluang berkembang dengan alami, sehingga sampai kini tidak ada yang membudidayakan ikan itu.
“Meskipun tidak dibudidayakan, sampai kini ikan jenis itu masih bertahan, karena memang endemik di sungai yang bersih,” kata Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Palembang, Sudirman Teguh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar