Senin, 02 Februari 2015

Asal Usul Ikan Sangkuriang

Siapa yang tidak mengenal ikan lele
sangkuriang? Jenis ikan lele yang
diperkenalkan oleh Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi pada tahun 2004 ini
dengan cepat menjadi primadona para
peternak. Namun tahukah Anda bahwa
ikan lele Sangkuriang ini masih dari
jenis lele dumbo?
Penurunan kualitas lele dumbo
Ikan lele dumbo pertama kali diekspor
dari Taiwan pada tahun 1985. Menurut
keterangan eksportirnya, lele dumbo
merupakan hasil silangan ikan lele asal
Taiwan dengan nama latin Clarias
Fuscus dengan ikan lele asal Afrika
dengan nama latin Clarias Mozambicus .
Namun penelaahan lebih lanjut
mengatakan lele dumbo lebih mirip
dengan ikan lele asal Afrika dengan
nama latin Clarias Gariepinus .
Terlepas dari kontroversi sepesies lele
dumbo, diakui bahwa jenis ikan lele ini
lebih produktif untuk dibudidayakan di
Indonesia. Sehingga hampir semua
peternak lele memilih membudidayakan
lele dumbo ketimbang lele lokal (Clarias
Batrachus ) yang saat itu banyak
dibudidayakan. Meski daging lele dumbo
tak segurih lele lokal, tetap saja
memelihara lele dumbo jauh lebih
ekonomis dibanding lele lokal.
Lele dumbo bisa tumbuh jauh lebih
cepat, ukurannya lebih bongsor dan
lebih tahan terhadap berbagai bibit
penyakit. Namun keunggulan lele dumbo
semakin hari semakin pudar, karena
kualitasnya terus menurun. Menurut
para pakar, penurunan tersebut
disebabkan karena kesalahan dalam
pembenihan lele yang terjadi di
masyarakat. Banyak ikan lele dumbo
yang dikawinkan dengan kerabatnya
sendiri (inbreeding ). Hal ini memicu
penurunan kualitas indukan lele dumbo.
Karena pemijahan benih lele
menggunakan calon indukan yang salah,
lambat laun benih ikan lele dumbo yang
beredar di masyarakat semakin turun
kualitasnya.
Proyek ikan lele sangkuriang
Baru pada tahun 2000-an, pemerintah
lewat BBPBAT melakukan penelitian
untuk meningkatkan kembali kualitas
lele dumbo. Dengan menggunakan
metode silang balik (back cross ) ternyata
lele dumbo bisa diperbaiki kualitasnya.
Kawin silang balik yang dilakukan
BBPBAT adalah mengawinkan indukan
betina generasi ke-2 atau biasa disebut
F2 dari lele dumbo yang pertama kali
didatangkan pada tahun 1985, dengan
indukan jantan lele dumbo F6.
Perkwainannya melalui dua tahap,
pertama mengawinkan indukan betina
F2 dengan indukan jantan F2, sehingga
dihasilkan lele dumbo jantan F2-6.
Kemudian lele dumbo F2-6 jantan ini
dikawinkan lagi dengan indukan F2
sehingga dihasilkan ikan lele
Sangkuriang.
Proses penelitian ikan lele Sangkuriang
memakan waktu yang cukup lama. Dua
tahun setelah itu benih lele Sangkuriang
baru diperkenalkan secara terbatas.
Pengujian dilakukan pada tahun
2002-2004 di daerah Bogor dan
Yogyakarta. Baru pada tahun 2004,
dikeluarkan Keputusan Menteri
Kelautan tentang pelepasan varietas ikan
lele Sangkuriang kepada publik.
Perbandingan yang paling mencolok
antara ikan lele dumbo dengan ikan lele
Sangkuriang antara lain, adalah
kemampuan bertelur (fekunditas) ikan
lele sangkuriang yang mencapai
40.000-60.000 per kg induk betina
dibanding lele dumbo yang hanya
20.000-30.000, derajat penetasan telur
dari ikan lele sangkuriang lebih dari
90% sedangkan lele dumbo lebih dari
80%.
Dilihat dari pertumbuhannya,
pembesaran harian ikan lele
sangkuriang bisa mencapai 3,53%
sedangkan lele dumbo hanya 2,73%.
Dan, konversi pakan atau Food
Convertion Ratio (FCR) ikan lele
sangkuriang mencapai 0,8-1 sementara
lele dumbo lebih besar sama dengan 1.
FCR merupakan nisbah antara berat
pakan yang diberikan dengan berat
pertumbuhan daging ikan. Semakin kecil
nisbah FCR semakin ekonomis ikan
tersebut dipelihara.
Penamaan ikan lele Sangkuriang
mengambil nama seorang anak dari
cerita mitologi Sunda. Dalam cerita
tersebut adalah seorang anak bernama
Sangkuriang yang berhasrat mengawini
ibunya sendiri. Mungkin karena hal
itulah nama ikan lele Sangkuriang
menjadi nama varietas lele hasil silang
balik.
Ikan lele Sangkuriang II
Pada tahun 2010, BBPBAT kembali
melakukan pengembangan terhadap
ikan lele sangkuriang. Kali ini lembaga
penelitian plat merah ini mengawinkan
lele sangkuriang dengan lele dari sungai
Nil, Afrika. Indukan jantan merupakan
lele sangkuriang F6 sedangkan indukan
betinanya F2 dari Afrika. Indukan dari
Afrika ini bobot tubuhnya bisa mencapai
7 kg, diharapkan bisa mendongkrak sifat
unggul bagi turunannya.
BBPBAT mengklaim lele sangkuriang II
bisa tumbuh 10 persen lebih cepat dari
generasi sebelumnya. Ukuran tubuhnya
pun lebih bongsor dan yang terpenting
lebih tahan terhadap penyakit.
Saat ini ikan lele sangkuriang II belum
dilepas untuk umum. Ikan ini masih
harus melakukan uji multilokasi. Dari
keterangan tertulisnya, BBPBAT
melakukan uji multilokasi di Bogor,
Boyolali, Gunung Kidul dan Kepanjen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar